Kesan umum
luas dan megahnya alam semesta diperoleh penghuni Bumi dengan memandang langit
malam yang cerah tanpa cahaya Bulan. Langit tampak penuh taburan bintang yang
seolah tak terhitung jumlah-nya. Struktur dan luas alam semesta sangat sukar
dibayangkan manusia, dan progres persepsi dan rasionalitas manusia tentang itu
memerlukan waktu berabad-abad.
Deskripsi
pemandangan alam semesta pun beragam. Dulu alam se-mesta dimodelkan sebagai
ruang berukuran jauh lebih kecil dari realitas seharusnya. Ukuran diameter Bumi
(12.500 km) baru diketahui pada abad ke- 3 (oleh Eratosthenes), jarak ke Bulan
(384.400 km) abad ke-16 ( Tycho Brahe, 1588), jarak ke Matahari (sekitar 150
juta km) abad ke-17 (Cassini, 1672), jarak bintang 61 Cygni abad ke-19 , jarak
ke pusat Galaksi abad ke-20 (Shapley, 1918), jarak ke galaksi-luar (1929),
Quasar dan Big Bang (1965). Perjalanan panjang ini terus berlanjut
antargenerasi.
Benda
langit yang terdekat dengan bumi adalah bulan. Gaya gravitasi bulan menggerakkan
pasang surut air laut di bumi, tak henti-hentinya selama bermiliar tahun.
Karena periode orbit dan rotasi Bulan sama, manusia di Bumi tak pernah bisa
melihat salah satu sisi permukaan Bulan tanpa bantuan teknologi untuk mengorbit
Bulan. Rahasia sisi Bulan lainnya, baru didapat dengan penerbangan Luna 3 pada
tahun 1959.
Pada siang
hari, pemandangan langit sebatas langit biru dan matahari atau bulan kesiangan;
sedang di saat fajar dan senja, langit merah di kaki langit timur dan barat.
Interaksi cahaya matahari dengan angkasa Bumi melukiskan suasana langit yang
berwarna warni.
Matahari
sendiri adalah satu di antara beragam bintang di Galaksi. Ada bintang yang
lebih panas dari Matahari (suhu permukaan Matahari 5.800o K), seperti bintang
panas (bisa mencapai 50.000oK) yang memancarkan lebih banyak cahaya
ultraviolet—cahaya yang berbahaya bagi kehidupan. Ada bintang yang lebih
dingin, lebih banyak memancar-kan cahaya merah dan inframerah dibandingkan
cahaya tampak yang banyak dipergunakan manusia.
Pada September 2003 Teleskop Hubble mengambil foto lagi, kali ini ia menyoroti sisi lain dari jagad raya dan merekam gambar selama kira kira 11 hari. Menggunakan peralatan deteksi serta filter yang diperbaharui. Dan kali ini kita mendapatkan gambar ini yang disebut sebagai “bagian ultra dalam”
Pada September 2003 Teleskop Hubble mengambil foto lagi, kali ini ia menyoroti sisi lain dari jagad raya dan merekam gambar selama kira kira 11 hari. Menggunakan peralatan deteksi serta filter yang diperbaharui. Dan kali ini kita mendapatkan gambar ini yang disebut sebagai “bagian ultra dalam”
Untuk menunjukan bagian paling jauh yang pernah kita amati di jagad Raya. Lebih dari 10.000 Galaksi tampak dalam gambar ini. Tiap tiap titik, berkas, maupun goresan goresan tipis adalah Galaksi, dan pada tiap tiap titik ini terdapat berjuta juta Bintang. Setiap bintang kemungkinan memiliki Planet planet yang mengelilinginya.
Dan setiap planet punya kemungkinan untuk adanya kehidupan, itulah yang sesungguhnya kita lihat pada saat kita menatap bagian langit yang tampaknya kosong belaka. Angka tadi adalah jumlah galaksi dalam satu frame gambar, ini merupakan gambaran dari 78 milyar tahun cahaya. Bandingkan saja 1 detik cahaya sama dengan 300.000 kilometer sedangkan diameter bumi hanya 12.756 kilometer betapa kecilnya kita. Benar ibarat sebutir pasir di gurun pasir.
Manusia
bisa mencapai batas-batas pengetahuan alam semesta yang luas, mengenal ciptaan
Allah yang tidak pernah dikenali di muka bumi seperti Black Hole, bintang
Netron, Pulsar, bintang mati, ledakan bintang Nova atau Supernova, ledakan inti
galaksi dan sebagainya. Akan tetapi, berbagai fenomena yang sangat dahsyat itu
tak mungkin didekatkan dengan mahluk hidup yang rentan terhadap kerusakan.
Walau demi-kian, ada jalan bagi yang ingin bersungguh-sungguh menekuninya.
sumber: Harun Yahya
Sumber Gif : video luas jagad raya. deepastronomy.com
Sumber Gif : video luas jagad raya. deepastronomy.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar