Jumat, 17 Agustus 2012

Homo sapien dan Neanderthal Tidak Berpasangan

Manusia Neanderthal, atau juga manusia Neandertal, secara singkat disebut "Neanderthal", adalah anggota genus Homo yang telah punah dan berasal dari zaman Pleistosen. Spesimennya ditemukan di Eropa dan Asia Barat dan Tengah. Neanderthal dapat diklasifikasikan sebagai subspesies manusia (Homo sapiens neanderthalensis) atau spesies yang berbeda (Homo neanderthalensis) Jejak proto-Neanderthal pertama muncul di Eropa 600.000–350.000 tahun yang lalu.


Pada situs-situs arkeologi Uluzzian (salah satu kelompok etnis dalam keluarga besar Neanderthal) di Italia Selatan telah ditemukan beragam peralatan hidup sehari-hari yang digunakan oleh Neanderthal. Peralatan tersebut meliputi alat memancing, berburu, proyektil, serta peralatan lain dari tulang dan batu.  Hal ini menunjukkan bahwa Neanderthal mampu berinovasi dan membuat teknologi baru.
Neanderthal berpisah dari garis evolusi manusia sekitar 500.000 tahun yang lalu dan lenyap dari muka bumi sekitar 30.000 tahun yang lalu. Beberapa spekulasi yang diduga berkaitan dengan kepunahannya adalah Neanderthal mati dibunuh oleh manusia modern atau punah karena Homo sapiens lebih banyak dan aktif bereproduksi. Spekulasi lainnya adalah tiga kali letusan gunung berapi sekitar 40.000 tahun yang lalu di daerah Italia dan Pegunungan Kaukasus telah menyebabkan kepunahan Nanderthal.


 Antropolog telah menghancurkan teori bahwa Homo sapien dan Neanderthal pernah berpasangan sehingga mewariskan manusia modern dengan genetik dari sepupu misterius mereka.

Dalam dua tahun terakhir, beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa Homo sapien berpasangan dengan Neanderthal, hominid misterius yang tinggal di sebagian Eropa, Asia Tengah dan Timur Tengah sampai 300 ribu tahun lalu namun punah 30-40 ribu tahun lalu.

Bukti-bukti ini berasal dari DNA fosil yang menunjukkan bahwa rata-rata orang Eurasia dan Asia memiliki kesamaan satu sampai empat persen DNA dengan Neanderthal, namun orang Afrika hampir tak memiliki kesamaan DNA itu.


Foto oleh Stan Honda/AFP
Kini sebuah penelitian baru dari para peneliti di University of Cambridge di Inggris menemukan bahwa kesamaan DNA itu berasal dari moyang yang sama, bukan dari "hibridisasi" atau reproduksi antara dua spesies hominid berbeda ini.

Jurnal AS Proceedings of the National Academy of Sciences pada Senin lalu menerbitkan laporan tentang Andrea Manica dan Anders Eriksson dari Grup Evolusi Ekologi yang mengembangkan model komputer untuk simulasi perjalanan genetik tersebut.

Awal perjalanan genetik itu dari nenek moyang yang sama dari Neanderthal dan Homo Sapien yang hidup setengah juta tahun lalu di beberapa bagian Afrika dan Eropa.

Sekitar 300-350 ribu tahun lalu, populasi Eropa dan Afrika dari hominid ini kemudian terpisah.

Terisolasi secara genetik, populasi di Eropa berevolusi sedikit demi sedikit menjadi Neanderthal, sementara populasi di Afrika menjadi Homo sapen yang kemudian meluas keluar dari Afrika sekitar 60-70 ribu tahun lalu.

Komunitas Homo sapien yang secara geografis lebih dekat ke Eropa--kemungkinan di Afrika Utara-menyimpan gen nenek moyang yang lebih besar, menurut teori tersebut.

Komunitas ini pula yang menjadi 'penjajah' pertama Eurasia pada perpindahan keluar dari Afrika.

Teori ini bisa menjelaskan bagaimana orang Eropa dan Asia modern memiliki kesamaan genetik dengan Neanderthal, sementara orang Afrika tak memiliki gen ini.

"Hasil kerja kami jelas-jelas menunjukkan pola-pola yang kita lihat di genome Neanderthal bukanlah hal yang istimewa, dan sesuai dengan harapan kami, apa yang kita lihat tanpa hibridisasi," kata Manica dalam rilis pers.

"Jadi, jika ada hibridisasi terjadi--sulit untuk membuktikan proses ini tak pernah terjadi--jumlahnya sangat sedikit dan jauh lebih kecil dari apa yang diklaim orang sekarang."

Salah satu pertanyaan terbesar dalam antropologi adalah apa yang terjadi pada kaum Neanderthal.

Hibridisasi atau perkawinan bisa menjawab itu sebagian. Jika Neanderthal menikah dengan manusia, mereka tidak terhapus oleh Homo sapien atau perubahan iklim. Namun genetik mereka akan bercampur dengan genom dari Homo yang lebih dominan.

Dalam studi terpisah yang diterbitkan oleh PNAS, para ilmuwan yang dipimpin oleh Svante Paabo dari Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology di Leipzig, Jerman, menemukan bahwa Neanderthal dan Homo sapen berpisah 400-800 ribu tahun lalu, lebih awal dari diperkirakan.

Tim tersebut juga menghitung kapan manusia berpisah dengan simpanse--primata terdekat dengan manusia--sekitar 7-8 juta tahun lalu, lebih cepat dari perkiraan awam 6-7 juta tahun lalu.

Sumber:  http://id.berita.yahoo.com/    &  wikipedia

Selasa, 14 Agustus 2012

Fosil di Kenya Petunjuk Baru Moyang Manusia


Temuan fosil baru di Turkana, Kenya, mengonfirmasi adanya dua spesies tambahan dari genus Homo yang hidup bersama nenek moyang spesies manusia, Homo erectus, sekitar 1,7 juta sampai dua juta tahun lalu.

Menurut hasil studi yang dipublikasikan di jurnal ilmiah Nature akhir pekan lalu, arkeolog menemukan fosil dua rahang bagian bawah dan satu muka bagian bawah di daerah gurun Koobi Fora di Kenya bagian utara antara tahun 2007-2009.


Temuan fosil rahang bawah dan wajah bagian bawah di Kenya menjadi sangat penting karena dalam palaeoanthropologi wajah dan rahang fungsinya seperti sidik jadi dalam proses identifikasi spesimen dari spesies tertentu.

Meave Leakey, palaeontologis di Turkana Basin Institute di Nairobi yang memimpin pengangkatan fosil tersebut, menggambarkan lengkungan arkade gigi pada temuan fosil baru lebih mengarah ke persegi panjang, seperti struktur langit-langit mulut tengkorak yang ditemukan tahun 1972.

Fosil tengkorak besar yang ditemukan tahun 1972 diidentifikasi sebagai Homo rudolfensis, hominin dengan wajah datar. '' Sangat menggembirakan melihat wajah fosil remaja perlahan muncul dari bungkusan batu dan punya kesamaan dengan spesimen tahun 1972," kata Leakey.
      
Menurut Fred Spoor, pemimpin tim analisis ilmiah dalam studi itu, temuan fosil rahang bawah dan muka di Turkana memberikan penjelasan bahwa ada dua spesies awal Homo yang hidup bersama Homo erectus.

"Fosil baru ini akan sangat membantu mengungkap bagaimana cabang evolusi manusia pertama muncul dan berkembang sekitar dua juta tahun lalu," katanya di laman Turkana Basin Institute.

Salah satu spesimen rahang bawah yang disebut KNM-ER 1802, secara luas diduga milik individu Homo rudolfensis tapi arkade gigi yang lebih bundar dari fosil terakhir membuat Leakey dan koleganya membuka kemungkinan spesimen itu milik spesies Homo yang berbeda, kemungkinan Homo habilis.

Namun sampai lebih banyak tulang Homo habilis ditemukan, tim peneliti tidak bisa yakin. "Ini bisa saja  Homo habilis, tapi bisa juga milik spesies lainnya," kata Bernard Wood, palaeontologis di George Washington University, Washington DC. 

Keberadaan empat spesies Homo (H. rudolfensis, Homo habilis, H. erectus dan spesies apapun yang memiliki KNM-ER 1802) pada periode sejarah evolusi yang sama membuat para peneliti bertanya-tanya tentang bagaimana hominin yang berbeda berinteraksi satu sama lain.

Pemahaman tentang berapa banyak spesies Homo yang berbeda dan apakah mereka hidup dalam waktu yang sama akan membantu menentukan apakah sejarah keturunan manusia berasal dari kompetisi sengit diantara hominin atau suksesi mantap dari satu spesies ke spesies berikutnya.

"Karena periodisasi geologis yang kasar, kami belum sepenuhnya pasti apakah spesies-spesies ini hidup pada saat yang sama di tempat yang sama. Meski demikian, sangat mungkin mereka berinteraksi satu sama lain dan jika demikian, pastinya kita ingin tahu bagaimana mereka berinteraksi," kata Wood.

Namun Tim White, seorang palaeontologis di University of California, Berkeley, mendebat temuan Leakey dan mitranya.

"Bagaimana bisa praktisi dalam bidang ini berharap bisa mengidentifikasi fosil spesies secara akurat dengan beberapa gigi, rahang dan muka bagian bawah setelah apa yang kita ketahui tentang besarnya variasi diantara individu yang berbeda dalam satu spesies?" katanya.

Leakey menyangkalnya dengan mengatakan,"Saya akan menantang Tim untuk menemukan primata apapun yang terlihat punya derajat variasi berbeda seperti yang kami lihat dari fosil baru kami dan KNM-ER 1802."

Sumber:  REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA—