Kamis, 14 Juni 2012

Sejarah mengenal Alam Semesta


Kesan umum luas dan megahnya alam semesta diperoleh penghuni Bumi dengan memandang langit malam yang cerah tanpa cahaya Bulan. Langit tampak penuh taburan bintang yang seolah tak terhitung jumlah-nya. Struktur dan luas alam semesta sangat sukar dibayangkan manusia, dan progres persepsi dan rasionalitas manusia tentang itu memerlukan waktu berabad-abad. 


Deskripsi pemandangan alam semesta pun beragam. Dulu alam se-mesta dimodelkan sebagai ruang berukuran jauh lebih kecil dari realitas seharusnya. Ukuran diameter Bumi (12.500 km) baru diketahui pada abad ke- 3 (oleh Eratosthenes), jarak ke Bulan (384.400 km) abad ke-16 ( Tycho Brahe, 1588), jarak ke Matahari (sekitar 150 juta km) abad ke-17 (Cassini, 1672), jarak bintang 61 Cygni abad ke-19 , jarak ke pusat Galaksi abad ke-20 (Shapley, 1918), jarak ke galaksi-luar (1929), Quasar dan Big Bang (1965). Perjalanan panjang ini terus berlanjut antargenerasi. 

Benda langit yang terdekat dengan bumi adalah bulan. Gaya gravitasi bulan menggerakkan pasang surut air laut di bumi, tak henti-hentinya selama bermiliar tahun. Karena periode orbit dan rotasi Bulan sama, manusia di Bumi tak pernah bisa melihat salah satu sisi permukaan Bulan tanpa bantuan teknologi untuk mengorbit Bulan. Rahasia sisi Bulan lainnya, baru didapat dengan penerbangan Luna 3 pada tahun 1959.
Pada siang hari, pemandangan langit sebatas langit biru dan matahari atau bulan kesiangan; sedang di saat fajar dan senja, langit merah di kaki langit timur dan barat. Interaksi cahaya matahari dengan angkasa Bumi melukiskan suasana langit yang berwarna warni.    


Matahari sendiri adalah satu di antara beragam bintang di Galaksi. Ada bintang yang lebih panas dari Matahari (suhu permukaan Matahari 5.800o K), seperti bintang panas (bisa mencapai 50.000oK) yang memancarkan lebih banyak cahaya ultraviolet—cahaya yang berbahaya bagi kehidupan. Ada bintang yang lebih dingin, lebih banyak memancar-kan cahaya merah dan inframerah dibandingkan cahaya tampak yang banyak dipergunakan manusia. 


Pada September 2003 Teleskop Hubble mengambil foto lagi,  kali ini ia menyoroti sisi lain dari jagad raya dan merekam gambar selama kira kira 11 hari. Menggunakan peralatan deteksi serta filter yang diperbaharui. Dan kali ini kita mendapatkan gambar ini  yang disebut sebagai  “bagian ultra dalam”

Untuk menunjukan bagian paling jauh yang pernah kita amati di jagad Raya.  Lebih dari 10.000  Galaksi tampak dalam gambar ini.  Tiap tiap titik, berkas, maupun goresan goresan tipis adalah Galaksi, dan pada tiap tiap titik ini terdapat berjuta juta Bintang. Setiap bintang kemungkinan memiliki Planet planet yang mengelilinginya.

Dan setiap planet punya kemungkinan untuk adanya kehidupan,  itulah yang sesungguhnya kita lihat pada saat kita menatap bagian langit yang tampaknya kosong belaka. Angka tadi adalah jumlah galaksi dalam satu frame gambar,  ini merupakan  gambaran dari 78 milyar tahun cahaya.  Bandingkan  saja  1 detik cahaya  sama dengan 300.000 kilometer  sedangkan diameter bumi hanya  12.756 kilometer betapa kecilnya kita.  Benar ibarat sebutir pasir di gurun pasir.

Manusia bisa mencapai batas-batas pengetahuan alam semesta yang luas, mengenal ciptaan Allah yang tidak pernah dikenali di muka bumi seperti Black Hole, bintang Netron, Pulsar, bintang mati, ledakan bintang Nova atau Supernova, ledakan inti galaksi dan sebagainya. Akan tetapi, berbagai fenomena yang sangat dahsyat itu tak mungkin didekatkan dengan mahluk hidup yang rentan terhadap kerusakan. Walau demi-kian, ada jalan bagi yang ingin bersungguh-sungguh menekuninya.

sumber: Harun Yahya 

Sumber Gif : video luas jagad raya.  deepastronomy.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar